Rabu, 15 Juli 2015

Help!!!

Hi.
Have no idea what's going on with me.
Pasti. Kalo buka blog ya cuma ini tujuannya.
Gak ada kata-kata manis, formal, atau strategis layaknya undang-undang atau puisi-puisi basi.
Gak ada kata-kata indah karena udah buntu mau ngerangkai kayak apa lagi biar indah buat yang baca. Tapi, so what?! Gak akan ada yang baca juga wkwkwk.
Akhir-akhir ini lagi ngerasa sooooooo fck! OMG! I'M GOING TO BE JUDGED!
Entah. Kehilangan segala-galanya.
Gak ada yang harus diperjuangkan, walaupun sebenernya segala-galanya menunggu untuk diperhatikan (cie).
Have no idea what's going on with my life.
Can anybody just help me?
Psychologist, maybe?

Rabu, 18 Juni 2014

Baru

Selamat pagi dari perpustakaan yang masih sepi pengunjung...

Hai lamanku. Rasanya lama tak mengintervensimu. Banyak yang ingin ku ceritakan. Banyak. Bahkan terlalu banyak untuk diutarakan.

Tepat satu minggu yang lalu, tepatnya tanggal 11 Juni lalu, aku menempuh hidup baru. Haha. Berlebihan rasanya. Aku hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yang lain. Bukan menempuh hidup baru yang sesungguhnya, tapi perpindahan itu cukup mengubah hidupku. Hidupku yang menjadi lebih 'baru'.
Ah mungkin berlebihan! Tapi itulah yang ku rasakan.

Beberapa hari sebelum aku pindah kerumah yang ku tempati, hidupku pun berubah. Maksudku, hatiku yang berubah. Ya! Isi didalamnya mendadak hilang. Seakan tak pernah ada ruang sebelumnya. Begitu saja hilang padahal dulu begitu sesak, penuh, dan takkan mungkin terisi lagi oleh hal lain. Namun pada hari itu sampai sekarang, semua menghilang. Semua seakan menguap begitu cepat. Maksudku begitu indah. Indah karena dibalut melalui rencana-Nya..
Recana Dia Yang Maha Membolak-balikan hati. Ku mohon tetapkanlah hati ini pada ketetapanMu.

Setelah aku menempati rumah baru. Hal-hal baru seolah berdatangan menghampiri.
Lantunan surat cintaNya yang setiap pagi ku dengar dari tetangga depan rumah. Kemudahan atas apapun kesulitan yang dulu ku rasakan. Rasa rindu pada ibu yang sebelumnya ku hiraukan.. Rasa khawatir karena orangtua yang mulai sakit-sakitan.
Rasanya benih-benih dalam hati ini kembali tumbuh. Kembali berkembang seiring waktu. Rasanya semua menjadi berarti. Terlebih satu hari setelah aku pindah..
Hari itu seolah ruangku terisi kembali. Tapi di sisi lain itu menjadi hal yang ku takuti..
Sesuatu yang indah tapi tak mudahku akui karena ku takut segalanya membuncah..
Penuh kembali. Dan ku kembali 'tersakiti'...
Entahlah.
Ku hanya berharap segalanya berjalan sewajarnya..
Bantu aku menjaganya..
Bantu aku menjaga hati dan segala yang Kau titipkan..
Bantu aku..
Bantu aku..

Setelah takdir baru datang kepadaku. Rasanya ku sedikit mengerti bagaimana cara menghargai hidup.. Paham bagaimana perjuangan seorang ibu mengurus keluarganya. Paham bagaimana seorang ayah berkorban demi keperluan keluarganya. Paham bagaimana saudara sekandung begitu peduli dan banyak berbagi.. Bahkan terlalu banyak berbagi, sampai ku tak tahu bagaimana semua itu kembali..

Setelah hal baru menghampiriku... Aku lebih memahami bagaimana menggunakan hati.. menggunakan hati untuk mencintai mereka yang patut dicintai.. Entah betapa bodohnya diriku ketika ku baru merasakan rasa yang teramat dalam kepada orangtuaku setelahku hidup bertahun-tahun.. rasanya kemana saja aku selama ini.. Kemana saja selama sembilan belas tahun belakangan sampai ku tak mampu merasakan pengorbanan mereka..
Mereka yang sebetulnya selalu ada untukku.
Mereka yang mungkin pernah khilaf.
Mereka yang mungkin cacat dan tak sempurna caranya.
Mereka yang begitu mencintaiku...
Maafkan aku.. Aku lupa cara mencintaimu dulu..
Maafkan aku yang berlaku buruk padamu..
Sungguh maafkan aku...
Maafkan aku yang kini ku rindu...

Setelah hal baru meliputiku.. Aku sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk tak membuka lembaran baru..
Hidup terlalu singkat untuk terpaut pada bayang masalalu..
Hidup terlalu singkat untuk tak bermesraan denganMu..
Kamu Yang Maha Memiliki Hidup..
YaRabb.. Sambutlah aku yang baru.. Dekaplah aku dalam peraduanMu.

Selamat siang dari perpustakaan yang mulai ramai pengunjung.

Sampai bertemu lagi lamanku.

Rabu, 28 Mei 2014

Dia 'membangunkan'ku.

Malam ini, seseorang membangunkanku dari 'tidur panjang'.
Tidur lelap yang melalaikan ku. Membuat pikirku tertanam pada satu takdir yang belum tentu membahagiakanku.
Mimpi berisi paksaku terhadap kehendak-Mu... Mimpi tentang kemauanku.

Malam ini, seseorang 'mengetuk' hatiku.
Membuatku sadar bahwa dia tak pantas ku tunggu.
Membuatku berpikir untuk tak lagi berharap pada hal semu.
Pada hal yang sudah berlalu.
Berada jauh dimasa lalu dan tak selayaknya selalu ada dibenakku.
'Bunga' itu sudah layu, seiring tersadarnya diriku dari kenangan dulu.


Malam ini, seseorang 'membuka' pikirku.
Mengubah pola-pola yang hampir jelas terpatri.
Menghapus jejak yang selalu ada di hati.
Menggantikannya dengan arti-arti...hadiah yang selalu ku nanti.
Menjadikanku sadar bahwa diriku terlalu berani.
Terlalu berani untuk meminta yang tak layak Ia beri.
Hingga akhirnya kesadaran ini menuntunku untuk pasrah dan mengerti.
Lalu ikhlas pada takdir Ilahi.

Senin, 26 Mei 2014

Pindah

Pindah. Rasanya memang sulit ketika sudah menetap di tempat nyaman. Susah ketika harus melepas apa yang sudah melekat. Dan sukar berbaur hingga timbul rasa 'berat'.

Berat meninggalkan segala di belakang.
Walau ku tahu mereka bersamaku beriringan.
Berat menanggalkan semua yang sudah lama mendarah daging.
Walau ku tahu mereka tak sepenuhnya lepas. Karena sebagian mereka adalah aku.
Berat memisahkan waktu yang biasa terjalin bersama. Berbagi dalam ruang hampa.
Walaupun aku tahu kita berpisah hanya sementara.

Ku tak pungkiri, bersamamu ialah waktu yang tak terbayar.
Hidup bersama ia yang selalu menerimaku.
Membelaku.
Berusaha sekuat tenaga menyokong kehidupanku.
Semua adalah karunia Sang Pencipta.
Sesuatu yang tak pernah jadi sia-sia.
Tapi kembali tak ku pungkiri bahwa diri ini pun lelah.
Bukan! Bukan karena hari-hari yang kau beri.
Tapi karena ku tak bisa lagi kembali.
Kembali dengan rasa lelah yang ku tempuh. Karena waktu yang terlalu lama ku tunggu. Karena banyaknya detik yang kulewati tanpa arti.
Semua terbuang begitu saja.
Tanpa ku mampu mengisinya dengan hal berguna.
Kecuali terlelap. Ya terlelap di waktu singkat untuk kembali.
Namun disisi lain, tak ku pungkiri bahwa ku tak mau pergi.
Tak mau pergi meninggalkan kalian yang telah dikurangi hari.
Kalian yang tak hentinya memberi kasih.
Sehingga ku sulit memulai dan tak mau mengakhiri.
Berpisah denganmu adalah faktor penguat sedih.
Tapi bersama denganmu pun ku tak mampu lagi menopang fisik.
Menopang rasa lelah yang sering mengusik.

"Aku hanya pergi tuk sementara.
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya.
Aku pasti kan kembali pada dirimu.
Tapi kau jangan nakal.
Aku pasti kembali."

Biarkanlah hati ini rela.
Rela melepas kalian yang selalu ada bersama.

Untuk kalian.
Bapak. Emak. Teteh. Aza. Medy. Kaka.
Orang-orang yang selalu ada dirumah.

Kamis, 22 Mei 2014

Pesan

Aku berpesan dihari penuh kesan.
Hari yang cukup berdimensi.
Begitu banyak rasa sedih dan perih.
Tapi ku tahu Tuhan takkan tega jika tak membiarkanku berseri.

Hari ini indah.
Begitu sepatutnya tanpa rasa gelisah.
Hari ini begitu ceria.
Seperti itu harapan namun tak sesuai kenyataannya.
Terlalu banyak untaian kata yang kan dicatat jika ku tuangkan segalanya.
Terlalu berlebihan dan menjadi tak ada sisa untuk dibagi padanya...
Pada-Nya yang menjadi tempat berkeluh kesah...
Padanya yang nanti kan bersama berbagi resah.

Namun ku tuliskan pesan hari ini bahwa, aku adalah manusia lemah.
Yang menahan amarahpun rasanya susah.
Aku manusia hina.
Yang menjaga lisan dengan segenap usaha tapi masih juga lupa dan terlena. Lalai menjaganya hingga ku takut dia membawaku pada neraka.
Aku manusia. Ya manusia dengan dua dimensi hidup.
Jasad dan ruh yang seharusnya seimbang berkelana di dunia-Mu.
Jasad dan ruh yang seharusnya selalu berpedoman pada-Mu.
Tapi diuji sedikit saja aku sudah ribut dan tak tahu malu.
Teriak sana sini pada orang terkasih tanpa ku tahu hatinya telah berperih.
Aku jahat.
Ku tinggalkan pahatan luka yang tak ku tahu pasti sembuhnya.
Aku keji.
Ku buat mereka yang bersedih hati.
Ingin rasanya ku utarakan segala, bahwa aku hanyalah anak yang tak tahu diri dan hampir durhaka.

Dari tulisanku pada malam hari, berteman suara kereta api.. Aku berpesan..
Bahwa menangis rasanya tak cukup untuk memperbaiki diri.
Walau tak lelahnya ku menangis.
Walau tak hentinya air mata ini menitik.
Aku takkan berhenti hanya karena ku berkata cukup.
Aku takkan berhenti hanya jika ku pikir aku sanggup.
Karena disisi lain.. Menangis adalah seni.
Seni menikmati keindahan sebuah ujian.
Seni untuk memandang nikmatnya bersusahan.
Tapi yang ku maksud tak cukup bukan pada makna yang sebelumnya..
Bukan pada makna itu..
Melainkan pada makna lain yang ada didalamnya.
Karena tangisan tak cukup membuat segalanya lebih baik, maka berusahalah memperbaiki diri.
Karena tangisan tak cukup membuat hati menjadi lega, maka hiburlah diri dengan Dia dan tuntunan-Nya...
Walau ku tahu ku bukan makhluknya sempurna.
Dan takkan ada yang sempurna melainkan Dia.
Untuk itu menangislah lalu mengadu pada-Nya..
Walau dengan dosa seisi dunia.
Walau dengan kesalahan hina.
Walau dengan hati yang terluka.
Menangislah pada-Nya.
Bersenandunglah atas nama-Nya.
Karena dia yang Maha Pengampun.. Maka jangan pernah sungkan dengan dosa lalu yang menimbun.
Karena dia yang Maha Pengampun.
Maka jangan pernah ragu meminta dengan santun.

Aku berpesan pada malam yang selalu ku rindu.. Dari malam yang menghantarkan pada rumahku..
Dengan segala pengalaman hari ini..
Tolong jangan ulangi lagi kesalahan hari ini.
Jangan buat sosok tua renta yang sakit-sakitan itu menangis lagi.
Jangan buat sosok yang kan kau berikan mahkota surgawi (aamiin) memaki dalam hati.
Tolong kasihi mereka... Karena mereka adalah segalanya...
Segalanya dan ada surga dikakinya..

Aku berpesan ketika kaki-kaki ini dingin. Mata ini tak kuat menahan.
Aku berpesan... Berpesan pada diri sendiri...
Diri ini yang kadang gak tega hati.
Diri ini yang selalu saja menguras hati.

Kamis, 15 Mei 2014

Egois

Kau juga yang meninggalkannya, kau juga yang tak suka melihatnya dengan orang lain...
Melihatnya begitu bahagia dibanding bersamamu.
Tahukah kau... apapun nama dan sebutannya, kau tak pernah berhak sedikitpun untuk mencampuri hidupnya.
Mengusik kebahagiaannya.
Dan menentang arah hidupnya...
Siapapun dirimu, dia punya hak untuk menentukan hidupnya.
Walaupun aku tahu rasa sakitnya melihat dia bersama mereka.
Mereka yang mungkin lebih baik darimu.

Tidak... Seharusnya tak ada yang lebih baik dariku.

Egois.
Egoisnya kamu...

Biarlah Aku Pergi!

Kau bilang aku pergi..
Padahal aku hanya ingin menyendiri, tentu tanpa dirimu, tanpa apapun yang berhubungan denganmu.. 
Karena bersamamu adalah racun. Racun yang bisa kapan saja mengotori hati... 
Mengertikah kau mengapa dirimu adalah racun? Mungkin kau bisa jawab sendiri...

Kau bilang aku tak memahami...
Padahal aku yang paling mengerti... 
Ya! Aku yang paling mengerti... 
Hanya saja aku tak mau lagi menepi, berada disisi yang sepatutnya ku hindari... 
Sekali lagi, aku hanya ingin sendiri..
Tapi bukan berarti aku tak pahami.. 
Aku mengerti, hanya saja aku tak mau menaati..
Karena seharusnya kita menaati sesuatu yang hakiki.
Bukan rasa sepi sedih yang sementara mengganjal hati dan hari-hari.

Kau bilang aku tak memikirkan perasaanmu..
Mungkin benar... Atau mungkin tidak..
Mungkin saja kau hanya berpikir untuk satu dua tahun ke depan.. 
Bukan berpikir jauh untuk masa depan..
Mungkin saja kau hanya melihat sisi indah dari semuanya..
Tak melihat sisi lain yang mungkin hina dan tak ada artinya...
Karena walaubagaimanapun, kita berbeda..
Dan kita harus terpisah..  Ya! Berpisah...

Kau mungkin berpikir aku bahagia...
Mungkin benar.. Atau mungkin tidak...
Menggapai masa yang kuharap indah memang bahagia.
Tak ada yang lebih bahagia selain aku karena keputusanku yang tegas.
Dan hatiku yang mantap.
Walau tak ku pungkiri banyak rintangan yang kan menanti.. Tapi aku bahagia... 
Karena setidaknya... Aku berkuasa atas hidupku dan tak kalah dengan bayang masa lalu...
Tapi akupun sedih... jika kamu tak juga mengerti. Jika kamu tak juga pahami..
Pahami arti semua langkah yang ku lalui..
Karena aku punya alasan atas semua ini...
Jadi ku mohon kau mengerti..
Karena ku yakin kau pun tahu.. ini langkah terbaik dari Ilahi...
Jadi ku mohon kau pahami...

Aku hanya ingin kita menjaga yang sepatutnya terjaga...
Menyimpan yang tak seharusnya kita ungkapkan..
Berbagi kepada orang atas dasar yang hakiki..
Bukan seperti ini... bukan seperti kita ini..
Mungkin orang atau kamu berkata ini hanya 'cuma'..
Tapi sejak kapan semua ini hanya 'cuma' untukku?
Kau tak pernah tahu apa yang ada 'disini'..
Jadi biarkan ku pergi dengan segala pengertianmu...
Aku hanya ingin melindungi fitrahku...
Fitrahku yang mungkin jatuh padamu...
Karena itu, biarlah aku sendiri..
Berteman sepi dari Sang Rabbi...